BANYUWANGI - Tradisi Rebo Wekasan yang merupakan bagian dari budaya Osing di Banyuwangi tetap dilestarikan oleh sebagian masyarakat hingga saat ini. Salah satu kelompok yang melestarikan tradisi ini adalah warga Dukuh Talun Jeruk, Desa Glagah, Kecamatan Glagah Banyuwangi.
Dalam budaya Osing, tradisi Rebo Wekasan rutin digelar setiap Rabu terakhir di Bulan Safar, atau bulan ke-2 dalam penanggalan Hijriyah. Pada malam Rabu, tanggal 27 bulan Sapar Windu Sancoyo, yang juga merupakan lambang Kulawu 1957, atau kalender masehi pada Selasa 12 September 2023.
Baca juga:
Asal Usul Suku Kampai Minangkabau
|
Bertempat di kantor sekretariat KOPAT (Komunitas Osing Pelestari Adat Tradisi) Banyuwangi, pada Selasa malam 12/9/2023, di Dukuh Talun Jeruk Desa Glagah Kecamatan Glagah Banyuwangi, masyarakat mengadakan ritual Tumpengan Nulak Sengkolo Balak Belahi Supoyo Ilang, yang juga dikenal sebagai Nulak Seblang, untuk memperingati Rabu Wekasan.
Ritual ini tidak hanya sebagai bentuk ungkapan syukur, tetapi juga merupakan ritual tolak balak bagi masyarakat agraris setempat. Tokoh-tokoh adat dari daerah Glagah dan desa-desa tetangga seperti Olehsari, serta budayawan dari berbagai daerah di Banyuwangi, termasuk Kecamatan Cluring, Singojuruh, Rogojampi, Kalipuro, dan Banyuwangi Kota, turut hadir dalam acara ini.
Menurut Sanusi Marhaendi yang akrab disapa Usik Kopat, tujuan selamatan ini adalah untuk menolak bencana dan mengundang rezeki yang berlimpah agar masyarakat kami selalu diberikan keselamatan dan keberkahan. “Tradisi Rebo Wekasan merupakan warisan turun-temurun yang sudah dilakukan oleh masyarakat Talun Jeruk-Dukuh. Selamatan ini juga sebagai simbol untuk mengusir penyakit dan bencana dari warga masyarakat setempat, " tandasnya.
Sebelum menyantap tumpeng, undangan dan masyarakat juga memanjatkan doa permohonan keselamatan dan kelimpahan rezeki yang dipimpin oleh Usik Kopat. Tradisi Rebo Wekasan memang sering kali digelar oleh warga Banyuwangi, namun setiap daerah memiliki kekhasan kegiatan dalam mengadakan tradisi ini.
Sastrawan Fatah Yasin Noor yang juga ikut meramaikan acara malam tersebut menyatakan bahwa malam ini adalah Rabu Pahing yang bertepatan dengan hari Rabu Pungkasan, dimana ribuan energi negatif tengah mengepung dunia ini. "Pengepungan ini adalah keseimbangan alam, seperti yang dibahas nenek moyang dalam ilmu titen. Oleh karena itu, dalam menghadapi musibah-musibah, kita perlu bersabar dan berdoa serta memberikan sedekah, " tuturnya.
Fatah Yasin Noor juga berharap dengan adanya tradisi Rebo Wekasan ini, para petani terutama warga Dusun Talun Jeruk-Dukuh selalu meraih keselamatan, keberkahan, dan hasil yang melimpah. "Seperti yang dikatakan dalam lagu Ebiet G Ade, kematian hanyalah tidur panjang. Artinya, kita harus menjaga keselamatan lahir dan batin, dan percaya bahwa Tuhan selalu mengawasi kita, " pungkasnya.